Showing posts with label kedai kopi. Show all posts
Showing posts with label kedai kopi. Show all posts

Semua Tentang Budaya Kopi Thailand

barista thailand
barista thailand


“Kopi benar-benar menjadi fenomena yang mendunia, terutama karena merupakan komoditas ekspor kedua terbesar secara global, setelah minyak. Jika menyangkut Thailand, budaya kopi masih baru dan berkembang di negara itu.

Salah satu cara paling populer untuk menikmati kopi di Thailand adalah dingin atau es. Kopi khas Thailand lainnya yang populer adalah dibuat dengan sawi putih, kapulaga, atau bahkan susu kental. Kopi diseduh di Thailand dalam panci tinggi dengan kaus kaki kopi atau penyaring kopi. Anda juga dapat menggunakan metode yang sama dengan teko, pembuat kopi Turki, atau French Press. Intinya adalah bahwa kopi harus menghasilkan minuman yang kaya dan beraroma yang bercampur dengan baik dengan susu kental manis.

Kopi sebenarnya sudah ditanam dan dibudidayakan di Thailand selama ratusan tahun, namun industrinya mulai berubah pada tahun 1960-an. Alasannya adalah Thailand dilaporkan mengimpor kopi delapan kali lebih banyak daripada yang sebenarnya diekspor. Thailand menghasilkan biji kopi Robusta dan Arabika, tetapi 99% biji yang diproduksi di Thailand adalah Robusta. Tren kopi populer lainnya di Thailand adalah kopi botol, yang bernilai lebih dari 4% dari penjualan kopi instan baru-baru ini di Thailand.

Sejauh budaya kopi Thailand berkembang perlahan sejak 2006. Di banyak kedai kopi Thailand, Anda akan dapat menemukan es kopi Thailand, biasanya disajikan dalam cangkir kertas. Ini juga sesuatu yang dapat Anda temukan dijual oleh pedagang di jalan, dan biasanya akan diseduh dengan susu kental manis. Ini adalah minuman yang mudah dibawa saat Anda bepergian, dan jika Anda mengunjungi Thailand, ini adalah budaya pokok.

Satu hal menarik untuk diingat tentang kopi yang sedang naik daun di Thailand adalah bahwa budaya Asia biasanya dikaitkan dengan minum teh selama berabad-abad. Sejak kopi menjadi populer secara internasional, banyak juga kedai kopi baru bermunculan, termasuk Starbucks, di seluruh dunia. Ini adalah sesuatu yang secara langsung mempengaruhi budaya Asia, terutama dengan merek global Starbucks. Banyak orang Asia lebih menyukai kopi dari rantai komersial ini dibandingkan vendor lokal, terutama karena mereka adalah komoditas yang lebih baru.

Banyak orang merasa bahwa kebangkitan budaya ngopi di Thailand berawal dari kebiasaan ngopi yang dibawa kembali dari perjalanan ke Eropa atau Amerika. Ini juga membawa peluang kerja baru ke negara-negara ini dengan pembukaan budidaya kopi dan waralaba kopi.

Sebagian besar kopi yang akan Anda temukan di Thailand adalah kopi seduh, dan satu-satunya kopi "instan" biasanya dijual dingin dalam kaleng. Kopi Thailand adalah sesuatu yang enak yang dapat Anda buat dengan mudah di rumah Anda sendiri, dan itu ditandai dengan penambahan krim dan rempah-rempah yang manis. Sekali lagi, ini biasanya disajikan dengan es, dan dapat dicampur dengan kapulaga bubuk, susu kental manis, dan bahkan gula. Cobalah kopi pekat dan manis ini yang merupakan tradisi Thailand, dan buktikan sendiri jika Anda menyukainya! "

Saat Masa Lalu Bertemu dengan Masa Kini di Chandra Naya Jakarta

Jika kita melalui daerah Gadjah Mada, pastilah kita sering melihat suatu rumah tua yang dikelilingi oleh gedung bertingkat dan hotel Novotel. Selama ini kami selalu bingung dan berpikir bahwa itu hanya rumah biasa. Penasaran juga untuk mampir, namun karena tidak pernah ada kepentingan di daerah itu, maka kami tidak pernah mampir ke situ.

Pintu masuk
Di Zi Gui

Nah, bulan Maret yang lalu, sahabat kami menginap di hotel Novotel. Karena anak-anak ingin bermain bersama, maka kami, mama-mama, mulai memikirkan mau melakukan aktivitas tapi tidak usah jauh-jauh. Akhirnya kami pun mulai searching dan menemukan nama Chandra Naya. Karena melihat review yang bagus dari tempat ini, maka kami pun berpikir untuk mengunjungi tempat ini.

36 Strategies
Lukisan dinding dan hiasan lainnya.

Untuk memasuki rumah ini tidaklah dikenakan biaya. Namun kita tidak boleh memotret dengan kamera dengan resolusi tinggi. Bahkan walau dengan handphone pun, kami diminta untuk menghubungi pengelola dan beliau memastikan bahwa gambar-gambar ini tidak untuk dikomersilkan.

Bagian depan ruang tengah rumah.

Chandra Naya, atau Sing Ming Hui, merupakan bangunan seluas 2.250 meter persegi ini memiliki arsitektur yang khas. Berdasarkan catatan yang ada di samping pintu gerbang utama, rumah ini sudah ada kurang lebih antara tahun 1806 atau 1867. Rumah ini disebut sebagai Rumah Mayor karena dulu rumah tersebut adalah kantor dan tempat tinggal Mayor Tionghoa Khouw Kim An yang lahir di Batavia 5 Juni 1879. Menurut sejarah, Khouw Kim An merupakan mayor Tionghoa sesudah Mayor Tio Tek Ho (yang kediamannya di bangunan Toko Kompak di Pasar Baru) dan merupakan mayor Tionghoa terakhir. Jabatan Mayor diemban Khouw Kim An pada tahun 1910-1942. Mayor adalah sebuah jabatan yang diberikan oleh pemerintahan Hindia Belanda untuk bertanggung jawab atas urusan yang ada di etnisnya. Jabatan itu menunjukkan bahwa tuan rumah tersebut berstatus sosial tinggi.

Khouw Kim An

Mengapa hanya sampai tahun 1942? Karena pada tahun 1942 Jepang masuk ke Indonesia dan Mayor Khouw Kim An ditangkap oleh Jepang dan ditahan di kamp konsentrasi hingga akhirnya meninggal di sana pada 13 Februari 1945. Makamnya dapat ditemui di komplek makam Petamburan. Di sana dikuburkan keluarga Khouw, termasuk O.G. Khouw, sepupu Khouw Kim An yang terkenal sebagai pengusaha dan filantropis ternama. Makam O.G. Khouw disebut sebagai makam dengan mausoleum (pelindung makam) paling megah di Asia Tenggara.

Jangan Marah :)

Saat masa penjajahan Jepang, Candra Naya sempat menjadi kantor Sing Ming Hui, perkumpulan orang Tionghoa dengan tujuan sosial. Perkumpulan inilah yang akhirnya mencetuskan Yayasan Tarumanagara yang akhirnya membuat Universitas Tarumanegara. Setelah Indonesia merdeka, akhirnya Sing Ming Hui berubah nama menjadi Candra Naya, seperti yang kita ketahui sekarang. Candra Naya juga pernah menjadi lokasi kuliah mahasiswa Universitas Tarumanagara, dan menjadi tempat penyelenggaraan Indonesia Open atau pertandingan bulu tangkis tingkat internasional pertama di Indonesia.

Hiasan di dalam rumah.

Bangunan ini luas dan besar sekali dan sempat tidak terawat. Saat dibeli oleh developer, sepertiga dari bangunan tetap dipertahankan dan menjadi cagar budara karena rumah ini menjadi saksi bisu dari sejarah Tiong Hoa di tanah air. Di area ini juga ada banyak bangunan tambahan, salah satunya Kedai Kopi Oey, dan juga bangunan-bangunan lainnya.

Kolam dengan bangunan megah di belakangnya

Kunjungan kami di tempat ini tidak begitu lama, karena di bangunan ini sedang ada renovasi. Namun kami menikmati melihat bangunan cagar budaya dan nilai-nilai filosofi yang ada di sini. Dan serunya, kami seperti diajak masuk ke dua masa, yaitu masa peranakan dan masa sekarang dengan bangunan yang modern.

Tanaman hias dengan kolam.

Sekilas Informasi

Gedung Chandra Naya

Alamat: Jl. Gadjah Mada no 188, Glodok. Jakarta Barat 11120

Jam Operasional: 08.00 - 15.00

Suasana Peranakan di Kopitiam Oey

Masih di area yang sama dengan gedung bersejarah, Chandra Naya, di sekitar rumah cagar budaya tersebut terdapat banyak tempat makan dengan nuansa tempo doeloe. Salah satunya adalah Kopitiam Oey. Kopitiam ini didirikan oleh ahli kuliner yang terkenal dengan slogan maknyus, yaitu almarhum Bondan Winarno. Dalam dialek Hokkian, kedai kopi disebut ke fe tien, yang oleh orang Melayu disebut kopitiam.

Deretan tempat makan dengan nuansa jadoel.
Jendela bagian interior Kopitiam Oey

Saat kami mengunjungi kedai ini, kami sudah melewati jam makan siang. Yang berkesan bagi kami adalah suasana jadul yang ada di dalam dan di luar kopitiam ini. Dapur mereka persis seperti dapur rumah oma saya. Mangkok tua, gelas kecil warna merah, dan nuansa hitam-merah. Kata si papa, serasa masuk rumah tahun 60an.

Interior View, meja lawas dari marmer dan lampu di dalam sangkar burung.
Dapur dan selendang merah.

Pelayan yang ada pun memberikan kami menu untuk memilih makanan.Seperti interior yang bertema peranakan dan rada jadul, menu makanannya pun masih ditulis dengan menggunakan ejaan yang lama. Menurut pelayan, menu yang cukup terkenal di Kopitiam Oey adalah laksa dan bakmi kepitingnya. Maka kami pun memesan kedua makanan tersebut dan menu lainnya.

Menoe gaya djadoel
Pilihan makanan yang bervariasi

Sesaat setelah kami datang, mulailah datang tamu-tamu lain. Rupanya banyak juga yang menggemari kopitiam Oey ini. Kami tidak perlu menunggu lama untuk menikmati makanan kami. Cukup cepat juga pelayanannya. Dan makanan kami pun tiba.

Penampakan nasi capcay ala Kopitiam Oey.
Nasi goreng permintaan anak-anak
Es Kidna. Segar dan enak

Bagaimana rasa makanannya? Buat kami, rasanya lumayan enak, kecuali rasa bakmi kepitingnya agak tawar. Tetapi dengan adanya sambal dan acar cabe, bakminya pun jadi lebih enak. Yang paling kami suka adalah es kidna. Rasanya mantab dan menyegarkan.

Laksa
Bakmi Kepiting
Untuk yang memang sedang berkunjung ke daerah Gajah Mada, bersantap di Kopitiam Oey dapat menjadi pilihan yang tepat. Selain menikmati makanan dengan harga yang bersahabat, suasana jadul di situ memang ngangeni :)

Shanghai Noni :)
Sekilas Informasi

Kopitiam Oey

Website: www.kopioey.com

Alamat: Jl. Gadjah Mada no 188 Jakarta Barat

Telepon: 021-29379890

Jam operasional : 09.00 - 00.00

Featured Post

Benteng dan Istana Rajasthan yang Menakjubkan

Rajasthan "Pemandangan Rajasthan dihiasi dengan sejumlah benteng, benteng, benteng, istana dan benteng yang berbicara tentang se...