Di hari keempat liburan kami, kami menjadwalkan untuk berkunjung ke Macau. Opa kepengen banget nostalgia ke Macau, mengenang masa-masa nyetel motor untuk balapan. Makanya kemarin opa bela-belain pulang ke apartemen siang-siang buat istirahat agar hari ini telah fit.
Saya sendiri hampir membatalkan rencana ini. Jam 1 pagi, tiba-tiba badan kakak panas. Untunglah saya selalu membawa tempra saat pergi. Bukan karena anak-anak sering sakit, wong tempra di rumah dulu selalu dibuang dalam keadaan 4/5 penuh karena sudah kadaluarsa, tetapi saya bawa untuk jaga-jaga. Dan ini pertama kalinya tempra terpakai saat dibawa jalan-jalan. Saya bilang ke si papa, jika pagi masih panas, lebih baik anak-anak tidak jadi ke Macau. Tapi kalau saya tidak ikut, rasanya tidak mungkin. Karena yang sudah berguru pada mbah google tentang Macau adalah saya, bukan si papa. Puji Tuhan setelah minum tempra panasnya sudah turun. Jadi semua tetap pergi, sambil mamanya membawa persiapan obat andalan untuk menurunkan panas dan juga termometer.
Apabila jalan-jalan ke Hong Kong, biasanya turis-turis senang memasukkan jadwal buat day trip ke Macau atau Shenzhen. Kalau ke Shenzhen lebih gampang, karena relatif pakai kereta menurut daerah Kowloon. Tetapi jikalau ke Shenzhen, lantaran Shenzhen bagian dari RRT, harus menggunakan visa turis. Berbeda dengan Macau. Walau Macau telah dikembalikan sang Portugis ke RRT pada tahun 1999, sama misalnya Hong Kong, Macau dipercaya sebagai Special Administrative Region (SAR) atau Daerah Administrasi Khusus. Maka buat masuk Macau nir usah menggunakan visa. Dan karena bekas jajahan Portugis, maka banyak yang menyampaikan bahwa Macau ini Eropa-nya Asia. Yang ialah gedung-gedungnya bergaya Eropa dan klasik.
Macau sendiri terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Peninsula, Coloane dan Taipa yang sering disebut Cotai. Penisula dan Cotai dihubungkan oleh jembatan yang luar biasa panjang. Di Peninsula banyak terdapat gedung-gedung tua dan bersejarah, seperti Ruin of St.Paul, Senado building, kantor pos tertua, gereja St. Dominic, grand prix circuit dan masih banyak lagi. Sedangkan di daerah Cotai terkenal dengan kasino-kasino yang wah dan pedesaannya.
Macau memang identik dengan Las Vegas-nya Asia. Tetapi ternyata banyak tempat-tempat yang children friendly. Kalau menginap akan lebih banyak tempat yang children friendly yang dapat dikunjungi. Tetapi kami memilih untuk tidak menginap, hotel di sana tidak sopan harganya. Kunjungan kami ke Macau kali ini hanyalah untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah di daerah Senado Square dan sekitarnya, dan melihat Venetian dengan gondolanya.
Sebelum bercerita lebih lanjut tentang bepergian kami ke Macau, yuk kita cari memahami dulu bagaimana caranya ke Macau. Untuk pulang ke Macau, kita dapat naik ferry menurut Hong Kong. Ada dua terminal ferry (tiga sebetulnya menggunakan ferry eksklusif dari airport HK) yg bisa digunakan. Yang pertama adalah HK China Ferry Terminal di daerah Kowloon. Untuk menuju HK China Ferry Terminal, naiklah MTR ke Tsim Sha Tsui dan keluarlah berdasarkan exit A1. Kemudian dari situ berjalan ke arah mall HK China City Mall (ferry terminal ada di pada mall tersebut) sekitar 10 menitnya orang dewasa. Yang berarti jika bawa senior & anak-anak wajib dikalikan 2 menjadi 20 menit. Ferry dari HK ke Macau akan berangkat setiap 30 mnt atau 1 jam sekali melalui terminal ini. Terminal ini hanya buka hingga malam.
Sedangkan yg ke 2 merupakan HK Macau Ferry Terminal di daerah Sheung Wan di HK Island. Untuk menuju HK Macau Ferry Terminal, naiklah MTR ke Sheung Wan & carilah exit D menuju Shun Tak Centre. Ferry terminal ini berada di pada Shun Tak Centre. Jadi kita hanya perlu naik eskalator & pada dalam mall. Ferry menurut HK ke Macau akan berangkat setiap 15 sampai 30 mnt melalui terminal ini. Dan termnal ini buka 24 jam. Kalau membawa anak-anak & senior, saya menyarankan buat naik yg menurut Sheung Wan. Alasannya, orang tua dan anak-anak nir usah terlalu poly jalan. Menghemat energi juga.
Ferry dari HK ke Macau pun terdapat dua tujuan, yaitu Macau Outer Harbour Ferry Terminal dan Taipa Ferry Terminal. Macau Outer Harbour terletak pada Peninsula. Ferry yg menuju Macau Outer Harbour pun lebih acapkali frekuensinya. Sedang Taipa Ferry Terminal terletak pada daerah Taipa. Ferry yang menuju Taipa Ferry Terminal tidak sebesar ferry yang menuju Outer Harbour.
Kami berangkat pagi, dengan tujuan supaya tidak kesiangan sampai di Macau. Anak-anak diberi minum susu dulu, karena kami berencana membeli sarapan di McD yang ada di Shun Tak Centre. Letak McD pas di bawah terminal ferry. Oya, sebaiknya siapkan plastik. Jaga-jaga kalau ada yang mabuk laut. Setelah membeli makanan di McD, kami naik eskalator ke terminal. Sampai di sana, petugas di loket Turbo Jet mengatakan bahwa ferry akan berangkat pukul 08.15. Kami melihat jam disana menunjukkan pukul 08.03. Yang berarti 12 menit lagi akan berangkat. Akhirnya kami segera membeli tiket dan bergegas masuk ke area pengecekan.
Karena kita akan pergi ke Macau, yang berarti meninggalkan HK, maka kita wajib melalui imigrasi. Kertas data kita yang diberikan saat kita masuk ke Hong Kong oleh bagian imigrasi di bandara akan diminta balik . Proses imigrasi berlangsung cepat. Setelah kami lewat bagian imigrasi kami berjalan menuju petugas ferry buat diperiksa tiketnya & diberikan angka tempat duduk. Ini pertama kalinya anak-anak naik ferry, mereka terlihat begitu antusias.
Petugas yang ada segera mengarahkan setiap penumpang untuk duduk. Di sini petugasnya kebanyakan senior-senior. Dipikir-pikir hebat juga ya, para senior diberi kesempatan bekerja supaya ada kegiatan dan tidak merasa tidak berguna. Setelah semua duduk dan memakai seatbelt, saya memandang dari jendela. Keadaan sangat berkabut. Hmmm....semoga tidak terjadi penundaan pemberangkatan. Di dalam ferry pun terasa ombak di luar begitu kencang. Saya mengeluarkan McD yang sudah dibeli dan kami sarapan dahulu. Untungnya kakak tidak begitu rewel soal makan. Di tengah perjalanan diumumkan bahwa karena cuaca yang kurang bersahabat, maka ferry tidak dapat berjalan cepat-cepat.
Untuk para turis yang tidak pernah roaming dan menjadi fakir wi-fi seperti saya, jangan kuatir. Di dalam ferry ada free wi-fi kok. Oma dan oma pun semangat untuk menggunakan free wi-fi yang tersedia. Akhirnya kami semakin mendekati Macau. Ombak di Macau tidak sekencang saat kami masih di Hong Kong. Perjalanan ini sekitar 90 menit. Setelah tiba, yang kami lakukan adalah mencari toilet. Setelah itu kami menuju bagian imigrasi. Untuk urusan imigrasi, karena kami datang pada hari biasa, maka imigrasi tidak begitu lama.
Kami berjalan ke bagian luar, dan tujuan kami adalah mencari free shuttle bus di terminal Maritimo. Berhubung sudah berguru dengan mbah google dan mbak YouTube, maka patokannya begitu sampai di pintu keluar, masuk underpass dan akan keluar di area terminal. Sepanjang jalan banyak yang akan menawarkan brosur juga dan banyak yang akan menyapa dalam bahasa Indonesia jika dia merasa penampilan kita seperti orang Indonesia. Itu membuktikan banyak turis Indonesia yang datang.
Sampai di terminal, banyak sekali bis-bis hotel-hotel terkenal. Persaingan bisnis yang ketat membuat hotel-hotel harus jemput bola, dan menawarkan wisata hotel. Jika tidak membawa anak, mungkin pilihan untuk free shuttle bus lebih banyak. Karena tujuan kami adalah Senado Square, hotel yang paling dekat adalah Grand Lisboa. Tetapi, mereka tidak mengijinkan penumpang yang membawa anak kecil (fasilitas mereka ditujukan untuk penumpang yang mau bermain di kasino, dan anak kecil dilarang masuk kasino). Maka kami mencari bis hotel Lisboa. Ternyata mereka tidak mengijinkan kalau tidak punya bukti akan menginap di hotel mereka. Perubahan baru ternyata. Maka kami memilih bis dari Wynn hotel, yang bebas untuk keluarga dengan anak. Rata-rata yang naik ke bis ini adalah penumpang dari Filipina dan yang membawa keluarga. Di dalam bis pun ada free wi-fi loh, full service untuk konsumen ceritanya. Perjalanan dari terminal Maritimo menuju hotel Wynn kurang lebih 10 menit. Berbekalkan hasil memantau street view di google maps, saya sudah ada gambaran cara menuju ke Senado Square. Kami harus menyeberang untuk menuju Grand Lisboa, lalu berjalan lurus sampai Senado Square. Tapi yang saya lupa, street view tidak menunjukkan pedestrian, sedang di luar negeri setiap orang harus berjalan di pedestrian. Akhirnya kami bertanya pada petugas hotel jalan untuk menuju Senado Square. Ternyata untuk menyeberang kami harus masuk underpass. Cuaca di sana sangat berkabut. Setelah menyeberang underpass, kami tiba di depan Grand Lisboa.
![]() |
Kabutnya tebal sekali |
![]() |
Grand Lisboa, sumber foto: Macha |
![]() |
Air mancur di Senado Square |
Saat kami datang, di sini sedang ada program reuni para senior. Jadi banyak sekali senior-senior pada dalam suatu tenda. Memang Senado Square populer sebagai loka bagi warga setempat buat mengadakan aktivitas. Di sebelah kanan Senado Square terlihat banyak orang mengantri. Mereka mengantri buat masuk ke kantor pos. Apa sih istimewanya? Kantor pos itu sudah berusia ratusan tahun dan masih beroperasi. Jadi umumnya turis-turis membeli kartu pos dan mengirimkan ke negeri berasal mereka.
![]() |
Gedung Kantor Pos menggunakan antrian yg panjang |
Jadwal kami adalah berjalan menuju reruntuhan St. Paul. Ini juga ikon Macau yg wajib dikunjungi. Dalam bepergian ke St. Paul, kami melalui gereja St. Dominic. Gereja ini jua populer menjadi peninggalan sejarah & masih aktif digunakan. Oma opa oma semangat masuk, ad interim kami menunggu pada luar. Di sekeliling kami terdengar bahasa yg familiar di kuping kami, bahasa Jawa. Rasanya ada rombongan turis menurut Indonesia.
![]() |
St. Dominic |
![]() |
Lynn B berpose sambil menunggu oma opa oma |
Kami melanjutkan perjalanan kami menuju St. Paul. Jangan takut kesasar ya, banyak petunjuk jalan. Untuk menuju St. Paul kita harus melalui gang dan jalannya agak menanjak. Tapi jangan kuatir, di sepanjang jalan banyak makanan dan orang yang menawarkan sample kue almond khas Macau. Yang terkenal di sini adalah tan tart atau egg tart. Egg tart Macau dan Hong Kong berbeda. Perbedaannya ada di karamel di bagian atas egg tart Macau.
Banyak yang merekomendasikan Koi Kei Pastelaria. Dan memang disepanjang jalan ini mereka punya banyak kios-kios. Kami pun mampir dan membeli egg tart yang satunya 9 MOP. Oya, di Macau mata uang Hong Kong dapat digunakan juga loh. Jadi tidak usah repot menukar uang. 1 HKD = 1.03 MOP. Kalau menginap lama sih saya sarankan tukar, biar tidak gitu rugi. Tetapi kalau hanya day trip, lebih baik pakai HKD. Dan jangan lupa memastikan kembaliannya minta HKD juga, karena MOP tidak berlaku di Hong Kong.
Mereka memberikan jua untuk menyicipi kue almond. Si oma pun merogoh dan menunjukkan buat kita. Anak-anak senang. Tapi sayangnya petugas di sana nir sopan. Mereka ngerasani kita. Si papa bilang petugasnya sebal karena oma mengambil dan membagi ke anak-anak. Yang lebih menyebalkan mereka bilang ini kan orang Indonesia, pasti tidak mungkin beli. Hmmm.... Tidak sopan sekali. Apa sebegitu buruknyakah reputasi kita. Tanduk saya cita rasanya timbul waktu mendengarnya. Jangan digeneralisir dong:D
Ruin of St. Paul atau reruntuhan St. Paul sebetulnya adalah sebuah gereja katolik yg dibangun diawal tahun 1602-1640. Tetapi pada tahun 1835 gereja ini terbakar dan hanya menyisakan bagian depannya saja. Bagian depan ini pun ditopang sang besi-besi agar tetap dapat berdiri tegak. Reruntuhan St. Paul juga termasuk warisan budaya yang ditetapkan sang UNESCO dalam tahun 2005. Dibagian belakang gereja ini terdapat juga museum benda-benda gereja.
Lantaran berjalan bersama oma opa oma, kami hanya naik hingga tengah-tengah. Kemudian kami duduk & menikmati egg tart yg telah kami beli. Enak & muanis buat aku . Setelah itu oma opa oma berfoto-foto, eksis dong ;) Sementara Duo Lynns merogoh posisi dan bernyanyi misalnya koko Kevin & cici Karyn. Memang loka ini cantik buat foto-foto. Hehehe.
![]() |
Duo Lynns sibuk bernyanyi |
![]() |
Pola gelombang jalanan di Senado Square |
Note: Untuk cerita lebih lengkap mengenai liburan kami bersama anak-anak di Hong Kong dan Macau, silakan kliklink ini
No comments:
Post a Comment