Jika terdapat yg resah waktu membaca judul posting ini, jangan merasa bahwa anda orang aneh ya. Saya jua baru mengetahui terdapat museum yang bernama Museum Sumpah Pemuda dalam saat aku telah kerja. Nama museum ini memang nir seterkenal Museum Nasional ataupun museum lainnya. Mungkin karena isinya hanya mengenai hal-hal yg berhubungan dengan insiden Sumpah Pemuda.
Karena selalu melewati museum ini, lama-lama jadi penasaran juga apa sih isinya. Akhirnya kami memutuskan pada tanggal 28 Oktober nanti kami akan melihat museum ini. Tetapi minggu lalu, kami mendapatkan undangan dari Museum Sumpah Pemuda untuk menghadiri acara pembukaan pamerah tokoh dokter Moewardi.
![]() |
Undangan yang kami terima |
Berbekal undangan yang ada, kami berkunjung ke Museum Sumpah Pemuda. Cukup penasaran apa sih isinya? Di pikiran saya paling hanya naskah Sumpah Pemuda. Ternyata isinya jauh lebih menarik dari yang saya bayangkan.
![]() |
Di bawah tulisan ini terdapat maket museum. |
Dimulai berdasarkan teras tempat tinggal , bentuk bangunan rumah ini sama persis misalnya bentuk tempat tinggal pada zaman Belanda. Memang museum ini adalah salah satu cagar budaya, yg artinya bangunannya dilestarikan.
![]() |
Kramat Raya pada masa dulu. Jalanannya masih luas. |
Sebelum menjadi museum,bangunan ini awalnya merupakan rumah tinggal milik Sie Kong Liang. Pada tahun 1908, gedung ini disewa pelajar Stovia dan RS sebagai tempat tinggal dan belajar. Saat itu gedung ini dikenal sebagai Commensalen Huis, yang kalau sekarang disebut kos-kosan. Banyak tokoh-tokoh penggerak kemerdekaan tinggal di sini, seperti Muhammad Yamin, Amir Sjarifoedin, Soerjadi (Surabaya), Soerjadi (Jakarta), Assaat, Abu Hanifah, Abas, Hidajat, Ferdinand Lumban Tobing, Soenarko, Koentjoro Poerbopranoto, Mohammad Amir, Roesmali, Mohammad Tamzil, Soemanang, Samboedjo Arif, Mokoginta, Hassan, dan Katjasungkana.
![]() |
Museum Gadjah |
Pada tahun 1927, gedung ini digunakan oleh berbagai organisasi pergerakan pemuda buat melakukan aktivitas konvoi. Gedung yg semula bernama Langen Siswo berubah menjafi Indonesische Clubhuis atau gedung pertemuan. Pada tahun 1928, gedung ini dipakai menjadi loka melaksanakan Kongres Pemuda & lahirlah Sumpah Pemuda. Namun selesainya mahasiswa-mahasiswa yg tinggal di sini lulus kuliah, maka tempat tinggal ini disewakan pada Pang Tjem Jam pada tahun 1934. Pang Tjem Jam tinggal pada sini selama 3 tahun. Setelah habis masa sewanya, tempat tinggal ini disewa oleh Loh Jing Tjoe dan dipakai menjadi toko bunga, berdasarkan tahun 1937-1948. Pada tahun 1948, loka ini beralih fungsi sebagai Hotel, yg bernama Hotel Hersia, berdasarkan tahun 1948 - 1951.
![]() |
Daerah Pintu Kecil, Kota |
![]() |
Kota Tua |
Setelah itu, rumah ini disewa sang Inspektorat Bea dan Cukai buat perkantoran & penampungan karyawan selama 19 tahun. Dan dalam lepas tiga April 1973, Pemerintah Daerah DKI memugar loka ini selama satu bulan dan tempat tinggal ini pun dijadikan museum Sumpah Pemuda. Melihat sejarah bangunan ini sendiri bagi saya adalah hal yang menarik, dimana orang menggunakan berbagai macam suku, ras, agama berkumpul bersama buat Indonesia.
![]() |
Gedung Arsip |
Museum ini sendiri terbagi sebagai empat bagian. Yang pertama merupakan segala hal yg herbi Sumpah Pemuda. Yang kedua merupakan hal-hal yang herbi kepanduan, karena ternyata kepanduan atau kepramukaan menjadi galat satu bahasan dalam kongres Pemuda yg membuat Sumpah Pemuda. Yang ketiga merupakan bagian buat mengenal Wage Rudolf Soepratman, pencipta lagu Indonesia Raya. Yang keempat adalah perpustakaan yg menyediakan literatur-literatur sejarah yg berhubungan dengan peristiwa Sumpah Pemuda.
![]() |
Para Pendiri Perhimpunan Indonesia. Dari kiri-kanan: Darmawan Mangoenkoesoema, Mohammad Hatta, |
Iwa K Sumantri, R.Sastromoeljono, R.M.Sartono
Saat memasuki gedung ini, kita seakan melihat suasana kos-kosan dimana ada patung para mahasiswa yang berkumpul sedang membahas sesuatu pada ruang tamu. Kemudian waktu masuk ke dalam ruangan lain, akan terdapat penerangan sejarah Sumpah Pemuda, dan di ruangan lainnya terdapat mahasiswa yg sedang duduk mendengarkan radio. Yang menarik adalah dalam kongres ini, mereka mengadakan 3 kedap pada 2 hari, 27 - 28 Oktober 1928, pada tiga loka yang tidak sinkron.
![]() |
Suasana ruang tamu, kalau datang ke sini malam-malam, mungkin akan beda :D |
![]() |
Ituloh radio tuanya. |
![]() |
Diorama suasana saat kongres Pemuda kedua. |
![]() |
WR Soepratman sedang memainkan lagu Indonesia Raya di akhir Kongres |
![]() |
Lagu Indonesia Raya dalam ejaan lama |
![]() |
Sumpah Pemuda |
Di bagian tengah museum adalah taman yang sedang digunakan untuk acara pembukaan pameran. Di dekat situ terdapat beberapa ruangan untuk sejarah kepanduan dan juga perpustakaan. Sebagai salah satu anggota Pramuka, saya senang sekali melihat ruangan ini. Dan isinya pun lengkap dengan perlengkapan-perlengkapan Pramuka pada masa dulu.
![]() |
Perlengkapan Pramuka yang ada. |
![]() |
Dora menjadi Pramuka =D |
![]() |
Kacu atau dasi Pramukanya berwarna hijau loh. |
Sayangnya tidak banyak waktu yang dapat kami habiskan di bagian ini karena anak-anak ingin segera masuk ke bagian pameran, walau besar sekali kemungkinannya mereka tidak mengerti. Akhirnya kami pun melihat pameran mengenai dokter Moewardi. Untuk ulasan lengkap mengenai dokter Moewardi, silakan klik link ini ya.
Setelah selesai, kami melanjutkan ke bagian depan pulang. Kali ini sayap kiri menurut gedung ini berisi tentang Wage Rudolf Soerpratman atau WR Soepratman. Selama ini kami hanya tahu beliau tewas dalam usia yg cukup belia dan seseorang pemain biola. Namun waktu kami masuk ke ruangan ini, kami baru mengetahui jikalau beliau adalah pengajar, wartawan dan keliru satu tim menurut band musik
![]() |
WR Soepratman |
Lahir: Purworedjo, 19 Maret 1903. Meninggal: Surabaya, 17 Agustus 1938
![]() |
Bisa menebak yang manakah WR Soepratman? |
Karena lagu Indonesia Raya inilah dia dikejar-kejar oleh tentara Hindia Belanda bahkan hingga jatuh sakit dan mangkat di Surabaya. Namun terdapat satu bagian kisah yang sepertinya nir pernah diceritakan pada pelajaran sejarah saat aku masih mini .
![]() |
WR Soepratman dan adiknya. |
![]() |
Kiri: Biola peninggalan WR Soepratman. |
Kanan: Yo Kim Tjan dan anaknya, Yo Hoey Gwei
Setelah selesai melihat bagian buat mengenal lebih jauh kisah lagu Indonesia Raya, maka kita akan mendekati pintu keluar. Tetapi pintu keluar ini pun unik. Ruangan menuju pintu keluar dipenuhi oleh tulisan-goresan pena yg menggambarkan semangat dari Sumpah Pemuda itu sendiri, yaitu persatuan pada menciptakan bangsa ini tanpa memandang suku, kepercayaan , & ras.
![]() |
Pemikiran dari Mohammad Yamin |
![]() |
Tiada lagi SARA, yang ada hanyalah persatuan. |
![]() |
Ki Hajar Dewantara |
Secara keseluruhan, tempat ini seru buat dikunjungi bersama keluarga. Selain anak-anak belajar tentang sejarah yg ada, kita menjadi orang tua jua jadi mengenang balik masa-masa insiden Sumpah Pemuda. Dan umumnya, mendekati hari Sumpah Pemuda, Museum ini mengadakan poly aktivitas. Yuk, membudayakan anak-anak melihat museum.
Museum Sumpah Pemuda
Jl. Kramat Raya No. 106
Telp. (62-021) 3103217, 3154546
Fax. (62-021) 3154546
e-mail : museumsumpahpemuda@yahoo.Com
http://www.Museumsumpahpemuda.Com
Jam operasional: 08.00 - 15.00, tutup di hari Senin.
HTM: Rp 2.000 - Rp 3.000,00
No comments:
Post a Comment