Masih seputar kulineran di Jogja, kalau yang part 1 adalah tempat-tempat yang kami kunjungi saat bulan lalu, berikut ini lanjutan kulineran Jogja yang ngangeni yang sempat saya kunjungi saat masih kuliah dan saat main ke Jogja.
1. Bale Raos
Pernah nir terpikir apakah kuliner apa yg tersaji pada kraton? Apakah sama seperti kuliner yang terdapat di rumah kita? Untuk mengetahuinya, kita cukup mengunjungi restoran yg bernama Bale Raos. Saya pun mengetahui tempat ini justru dari orang Inggris. Bahkan selama saya kuliah, mendengar nama tempat ini saja belum pernah.
![]() |
Kiri bawah: nasi tradisional set. Kanan bawah: bebek suwar suwir |
Bale Raos
Jl. Magangan Kulon no. 1 Jogjakarta
Buka menurut jam 10.00 - 22.00
dua. Angkringan
Yang satu ini pasti sudah dikenal dengan baik oleh semua orang khususnya mahasiswa sebagai penyelamat kantong mahasiswa saat akhir bulan. Angkringan berasal dari bahasa jawa Angkring yang artinya alat dan tempat jualan makanan keliling yang pikulannya berbentuk melengkung ke atas. Asal muasal angkringan ini dimulai oleh mbah Pairo yang mengadu nasib ke Jogja dan berjualan sego kucing dengan menggunakan pikulan. Lama kelamaan usaha mbah Pairo berkembang dan terkenal hingga sekarang. Walau demikian, pada masa kini, penjual angkringan menggunakan gerobak dorong untuk menjual makanannya. Para penjual ini akan keluar sekitar sore hari. Mereka menggelar terpal untuk menutupi gerobak mereka dan menyediakan bangku untuk duduk si pengunjung. Jika suasana mulai menggelap, lampu teplok menjadi penerang yang membuat suasana seakan sedang candle light dinner di pinggir jalan.
![]() |
Angkringan. Sumber foto: wisatajogja 75 dan kaka guesthouse. |
Apa saja kuliner yg terdapat? Biasanya terdapat nasi kucing (nasinya poly lauknya sedikit sekali) yang berisi ikan atau teri dan sambal yang pedas atau berisi tempe orek, gorengan (tempe goreng tepung, tahu isi, pisang goreng, tape goreng), baceman, sate usus, sate telur puyuh, keripik, dan lain-lain. Sedangkan untuk minumannya terdapat teh, teh jahe, kopi, jeruk, susu, dan sebagainya. Gorengan yg terdapat mampu dibakar lagi supaya jadi hangat dan lebih enak. Hmm.... Saya jadi terbayang angkringan di depan kos aku dulu.
Tiga. Lotek
Kalau orang luar mempunyai banyak dressing untuk salad mereka, maka kita sebagai orang indonesia tidak kalah juga loh. Dengan dressing bumbu kacang, ada berbagai macam salad ala Indonesia. Dari gado-gado, karedok, pecel, dan bahkan lotek. Perbedaan dari ketiga itu adalah isinya dan bahan saus kacangnya. Jika Jawa Timur terkenal dengan pecelnya, maka Jogja terkenal dengan lotek. Apa sih perbedaannya?
![]() |
Lotek. Sumber foto: foody.Id |
Kalau berdasarkan aku , pecel terkenal dengan bau daun jeruk yg wangi. Sedang lotek terkenal dengan bau kencurnya. Lotek adalah menu favorit aku ketika kuliah dulu. Selain lantaran aku sayuran mania, makan lotek dicampur mie goreng dan gorengan itu sangat lezat loh. Berkicau tentang lotek pada Jogja, hampir pada setiap sudut jalan ada penjual lotek. Langganan saya tentu saja tukang lotek dekat kos aku , yang sangat baik hati memberikan sayur yg poly.
Nah, galat satu lotek terkenal merupakan lotek Colombo. Jujurnya, aku makan di lotek ini mampu dihitung jari karena harganya yg terbilang mahal (bagi kantong mahasiswa) dibanding lotek pada loka lain. Namun memang lotek Colombo ini enak sekali sampai yg antri bisa panjang sekali. Tetapi walaupun antriannya panjang, mbak-mbak pada sini lumayan cepat melayani pengunjung yang datang.
Lotek Colombo
Jl. Sagan I no. 1 Jogjakarta
08.30 - 21.30
0274-6555597
4. Gudeg
Gudeg atau gudheg, adalah kuliner khas Jogjakarta dan jua Jawa Tengah yg terbuat dari nangka belia atau gori yang dimasak dengan santan selama berjam-jam. Gudeg dapat ditemui hampir di setiap sudut kota Jogja. Tempat berjualannya pun bermacam-macam. Dari emperan jalan besar , rumah makan sederhana, hingga restoran yg mahal. Biasanya gudeg dimakan dengan nasi & tersaji dengan kuah santan (areh), ayam kampung (suwir ataupun utuh), telur, memahami, dan sambal goreng krecek. Bahkan kadang terdapat jua yang menjual gudeg menggunakan bubur menjadi pengganti nasi.
Awalnya gudeg Jogja merupakan gudeg basah, yaitu gudeg yg tersaji dengan areh kental. Tetapi karena areh kental ini, gudeg basah tidak bisa tahan usang, apalagi untuk dibawa ke kota lain. Seiring dengan kebutuhan, muncullah gudeg kering, yaitu gudeg yg tersaji menggunakan areh encer. Dengan adanya gudeg kering, gudeg semakin gampang dijadikan sang-oleh. Saya langsung lebih doyan gudeg kemarau karena tidak begitu manis.
![]() |
Gudeg Yu Djum. Sumber foto gudeg Yu Djum |
Gudeg Yu Djum
5. Kafetaria kopma UGM
Last but not least, ini adalah salah satu tempat favorit saya dan teman-teman kuliah. Diantara jeda jam kuliah, kami ke sini untuk brunch. Menunya sih biasa saja, seperti makanan rumahan. Tetapi semuanya enak bagi kami. Apalagi harganya terjangkau bagi kantong mahasiswa. Selain makanan yang biasa disajikan, salah satu makanan yang terkenal dari kantin ini adalah soto ayam. Tetapi disarankan untuk datang sebelum jam makan siang. Kalau sudah lewat jam makan siang, kemungkinan besar makanan-makanan sudah habis. Bagi yang malas makan dan mencari minuman, di sini juga ada bermacam-macam es kok ;)
![]() |
kafetaria kopma UGM |
No comments:
Post a Comment