Menuju kota Batu

Siapa yg nir pernah mendengar Museum Angkut, Jatim Park, Museum Satwa, Batu Night spectacular, & sahabat-temannya? Rasanya seluruh orang pernah mendengar nama-nama loka kekinian tersebut. Apalagi pada media sosial. Foto-fotonya sudah tersebar kemana-mana. Kami pun bertanya-tanya mau mengunjungi loka-loka ini. Akhirnya bersamaan menggunakan program pergi kampung kami, kami menjadwalkan buat mampir ke Batu.

Loh, kok Batu? Bukan Malang? Banyak orang, termasuk saya, yg berpikir bahwa Batu berada pada Malang. Namun sebetulnya Batu merupakan kota yg terpisah dari Kota Malang. Dulunya memang Batu merupakan bagian menurut kabupaten Malang, namun sejak tahun 2001 Batu menjadi kota otonom yg terpisah dari Kabupaten Malang.

Untuk menuju ke Batu, cara yang termudah adalah menggunakan pergi menuju Malang, lalu dari Malang naik taksi atau mobil carteran menuju Batu. Untuk menuju Malang pun poly cara lain , bisa naik kereta ataupun pesawat. Pesawat pun banyak pilihan, seperti Garuda Indonesia, Air Asia, Sriwijaya, Batik Air, dan Citilink. Setelah membandingkan harga & reputasi, kami menentukan naik pesawat Citilink. Citilink tujuan Malang mempunyai 2 jam embarkasi, pagi & siang. Keduanya berangkat menurut bandara Halim Perdanakusuma. Ini merupakan pertama kalinya kami naik pesawat dari Halim. Dengan penasaran kami pulang menuju Halim.

Bandara Halim memang tidak sejauh Soetta, sehingga waktu tempuh pun hanya sebentar. Bandaranya pun tidak terlalu besar. Tempat makan terletak di bagian luar, terpisah dari area keberangkatan. Sementara papa check in, kami duduk di ruang tunggu yang ada. Walau ruangannya ber AC, tetapi masih tercium bekas-bekas bau rokok, tipikal bandara di Indonesia.

Tiba-tiba di muka kami misalnya ada asap dan bau rokok yang begitu kencang. Saya masih gundah. Kakak pun mengungkapkan: "Mama, om sebelah abang merokok." Dan ketika aku menoleh ke sebelah abang, memang terdapat om-om yang sedang merokok. Segera aku mengajak anak-anak berpindah. Yang tidak habis pikir merupakan kentara-jelas terdapat tulisan tidak boleh merokok di dalam ruangan, kok ya terdapat yang merokok. Dan parahnya lagi, semua orang menduga ini hal biasa. Petugas yg terdapat jua cuek saja (bahkan dulu di terminal 3 yang usang di Soetta pula merokok pada daerah imigrasi yang jua ber AC). Saya konfiden niscaya banyak orang lain yang juga dengan cuek merokok di tempat ini. Kapan kita sanggup maju kalau misalnya ini? Melihat kondisi yang misalnya ini, kami segera masuk ke area tunggu.

Maaf ya Pak,diabadikan moment merokok di dalam bandara, di ruangan ber-AC jua.

Pagi ini yang berangkat hanyalah penumpang Batik Air dan Citilink. Karena bukan bandara besar, rasanya saat itu hanya Starbucks yang sudah buka. Sambil menunggu waktunya boarding, Duo Lynns sibuk bermain domikado dan jika sudah bosan, mereka melihat pesawat yang take off dan landing dari kaca. Akhirnya kami dipanggil untuk naik ke pesawat.

Awan yang berarak

Perjalanan dari Jakarta ke Malang berlangsung kurang lebih 1,5 jam. Sementara oma tertidur, kami sibuk bermain & melihat jendela. Tak usang kemudian diumumkan bahwa kami berada pada atas kota Surabaya & sementara waktu lagi akan mendarat. Tetapi yg aku rasa kok kami berputar terus. Memang jika dipandang, awannya tidak mengecewakan tebal. Akhirnya kami mendarat di bandara Abdulrachman Saleh.

Gunung yang terlihat di saat terbang. Gunung apakah itu?
Saat hampir mendarat

Bandara ini dilingkupi sawah dan poly pesawat-pesawat militer. Maklum, sama seperti Halim, bandara di malang jua milik angkatan udara. Saat kami turun, cita rasanya udara begitu sejuk. Kami segera masuk ke gedung buat mengambil bagasi kami. Di pada gedung telah poly orang mengantri pada satu-satunya conveyer belt pada situ. Mereka adalah penumpang menurut pesawat Batik Air. Setelah mereka selesai memgambil bagasi, giliran pesawat Citilink yg mengambil bagasi.

Mengantri bagasi pada satu-satunya conveyer belt yg terdapat.

Selesai mengambil bagasi, kami keluar untuk mencari makan, brunch ceritanya. Uniknya bandara ini adalah tempat kedatangan, keberangkatan, dan tempat makan berbeda-beda. Kami berjalan mencari tempat yang cocok dan segera memesan makanan. Rasanya sih biasa saja, tetapi lumayan untuk mengganjal perut dalam perjalanan menuju Batu.

Di bandara ini hanya satu jenis taksi yang boleh mengambil penumpang di dalam bandara. Taksi ini merupakan milik koperasi di sini dan tarifnya pun berdasarkan tujuan, bukan argo. Armadanya ada yang sedan ataupun avanza. Dan harus mendaftar ke loket. Nanti dari loket akan diberi kertas berisi nomor taksi dan juga tarifnya.Pembayaran dapat dilakukan di loket ataupun langsung pada supir taksinya. Tujuan kami adalah BNS karena kami akan menginap di guesthouse di depan BNS.

Untuk tujuan Batu, area Jatim Park, BNS dan sekitarnya, tarif yang berlaku adalah Rp 155.000,00. Hm. . . . Lumayan juga ya, tetapi dibanding sewa mobil yang harganya bisa lebih mahal seratus ribuan dari taksi, harga diatas cukup reasonable.

Perjalanan ke Batu akan berlangsung sekitar 1 jam, tergantung keadaan jalanan. Supir taksi kami cukup ramah terhadap anak-anak. Jadi untuk menghindari jalan yang macet, kami lewat jalan tikus yang kiri kanannya tanaman tebu. Dalam satu jam kurang kami sudah sampai di tujuan kami, Cemara Homestay.

next: Review Cemara Guesthouse

No comments:

Post a Comment

Featured Post

Benteng dan Istana Rajasthan yang Menakjubkan

Rajasthan "Pemandangan Rajasthan dihiasi dengan sejumlah benteng, benteng, benteng, istana dan benteng yang berbicara tentang se...