Day 1: Touchdown to Seoul: Gwangjang Market dan Cheonggyecheon

Cheonggye Plaza
Masih dalam cerita liburan musim dingin, kami kembali mengunjungi Seoul. Karena merasa belum puas dulu hanya 3 hari, maka kali ini kami akan berlibur selama tujuh hari di Seoul. Hari pertama kami tiba di Seoul sekitar jam 08.30 waktu setempat. Begitu keluar dari pesawat dan melewati belalai, hawa dingin mulai terasa. Hal pertama yang kami lakukan adalah mencari toilet dan mulai mengenakan heattech.

Untuk menuju bagian imigrasi, karena kami naik Garuda Indonesia, kami harus menaiki Sky Train dari concourse ke Terminal 1. Saat kami tiba di bagian imigrasi, antrian turis memadati bagian imigrasi. Memang banyak pesawat yang tiba di Incheon saat pagi hari. Tidak heran antriannya lumayan mengular. Perlu diingat bahwa di bagian imigrasi tidak diperkenankan untuk mengambil foto. Beberapa turis Indonesia tetap melakukannya walaupun sudah diperingatkan oleh petugas yang ada, sampai petugas yang ada menghalanginya. Aduh, jadi malu hati melihatnya.

Oya, buat para fakir WI-Fi seperti aku , pada Incheon Airport selalu tersedia Wi-Fi. Dan koneksinya pun sangat stabil. Jadi sambil mengantri sanggup juga mengakses internet. Tujuan saya jelas, untuk mengusut suhu udara di pagi itu. Saat kami datang suhu setempat menunjukkan -dua celcius, namun karena tidak berangin terasa seperti 0 celcius. Lumayanlah. Setelah selesai di bagian imigrasi (ada line spesifik bagi yg membawa anak mini ) & mengambil bagasi, kami bergegas mencari loka buat men-top up T-money.

T-Money ini merupakan kartu transportasi yang dapat digunakan untuk membayar di berbagai toko, taksi, dan alat transportasi lainnya. T-Money ini kami beli saat kami datang di waktu yang lalu. Supaya lebih dapat bergerak cepat, papa dan Duo Lynns berhenti di dekat panggung yang penuh dengan dekorasi sementara saya menuju convenience store terdekat untuk mengurus T-Money. Berhubung kakak sudah harus membayar saat naik public transport, maka saya pun memberikan passport kakak agar T-Money kakak didaftarkan sebagai T-Money anak-anak. Tujuannya jelas, supaya biaya perjalanan lebih murah.

Bagaimana cara kami menuju Seoul? Masih sama seperti yang dulu, ada empat cara menuju Seoul. Dari empat cara yang tersedia untuk menuju Seoul, kami memilih naik AREX. Kali ini kami memilih all stop. Alasannya? lebih murah daripada yang nonstop dan pilihan jamnya lebih banyak. Toh hanya berbeda 10 menit dengan non stop. Dalam waktu 56 menit kami pun tiba di Seoul Station. Kami jalan melalui shortcut menuju line 4. Tujuan kami adalah Myeongdong. Dalam waktu kurang dari 5 menit kami sudah tiba di Myeongdong.

Untuk menghindari anak tangga yg begitu poly, kami memilih exit 7 yg terdapat eskalatornya. Walaupun demikian, buat naik ke atas, kami masih wajib menaiki anak tangga. Bersyukurnya kami datang-datang terdapat oppa yg menggunakan lapang dada hati memberikan diri buat membantu membawakan koper. ????? :)

Kami berjalan menuju hostel tujuan kami, Step Inn Myeongdong. Setelah selesai check in, kami segera mencari tempat untuk makan siang. Pilihan kami adalah Myeongdong Kyoja. Kali ini kami memilih Myeongdong Kyoja 2nd store, yang dekat dengan kami.

free refill kimchi.
Kalguksu kesukaan kami.
Mandu alias dumpling.
Kami kembali ke hotel untuk beristirahat (perjalanan pesawat di malam hari selalu membuat kami kurang istirahat), disertai drama anak yang tidak mau tidur siang tentunya. Setelah anak-anak bangun, kami mengisi perut dengan cemilan dan teh di lobby hotel. Jadwal hari pertama kami memang dibuat supaya tidak terlalu lelah. Rencana awal, kami ingin pergi ke N Seoul Tower dan Cheonggyecheon. Namun karena anak-anak sepertinya teler, maka kami pun mengganti kunjungan ke N Seoul Tower dengan mengunjungi Gwangjang Market.

Gwangjang Market merupakan salah satu pasar tertua di Seoul. Pasar ini dulunya bernama Dongdaemun Market karena berada di daerah Dongdaemun. Namuk sejak tahun 1960 pasar ini berubah nama menjadi menjadi Gwangjang, karena berada di antara jembatan Gwang (yang artinya lebar) dan jembatan Jang (yang artinya panjang). Pasar ini sangat lengkap. Dari makanan, bahan masakan, baju, kain, suvenir, peralatan dapur dan bahkan obat-obatan. Biasanya banyak turis mencari hanbok ke sini. Dan tentunya yang terkenal di sini adalah makanan khas seperti mayak gimbap, bindatteok, tteokpokki, dan juga fish cake soup.

Petualangan kami di pasar ini dimulai dari North gate 2. Sama seperti pasar pada umumnya, pasar ini ramai sekali, baik oleh orang lokal maupun turis. Kedai makanan yang kami lewati pertama kali adalah kedai goreng-gorengan. Kami berusaha mencari kedai yang ada menu dalam bahasa Inggrisnya. Maksud hati supaya tidak salah paham dengan penjual makanan. Salah satu ahjumma berbicara dalam bahasa Korea yang artinya kurang lebih duduk sini saja. Kedai ahjumma ini memang sepi dibanding kedai sebelahnya. Hanya orang lokal yang duduk di kedai ini. Pertanda baik sih, berarti enak biasanya. Saat saya dan papa sedang berkode-kodean mau di sini atau tidak, adik langsung duduk dengan manis di kedai ahjumma ini. Akhirnya kami pun duduk di sini juga. Bangku yang hangat ini lumayan menghangatkan kami dari dinginnya udara saat itu.

Bindatteok dan gorengan lainnya.
Di kedai ini ada banyak makanan yang digoreng dengan tepung, dari bindatteok, ham, seafood hingga sayur (pertama kalinya saya makan timun goreng tepung). Bindatteok adalah bakwan dari kacang hijau. Rasanya enak. Ahjumma ini menggoreng banyak sekali makanan di depan kami, yang ternyata ini alasan adik langsung duduk karena mau lihat ahjummma menggoreng. Kami sudah bingung bagaimana menghabiskannya karena banyak sekali. Untungnya ahjumma menawarkan untuk dibawa pulang, yang langsung kami iyakan. Dia menambahkan lagi banyak ikan ke dalam makanan kami dan membungkus dengan aluminium foil. Ahjumma menggunakan bahasa isyarat dan mengatakan hanya 20 ribu won. Melebihi banyaknya makanan yang diberikan, terutama ikan, harga ini termasuk murah. Sambil mengucapkan terimakasih kami pun berjalan.

Ahjumma yang sibuk menggoreng membuat adik langsung duduk di depannya.
Target kami selanjutnya adalah mayak gimbap dan odeng ataufish cake soup. Mayak gimbap merupakan gimbap khas di pasar ini. Disebut mayak atau drugs karena makan gimbap ini membuat kita tidak dapat berhenti makan. Kami pun berhenti di salah satu kedai dan memesan dua macam makanan tersebut. Yang membuat mayak gimbap dan odeng disini jadi lebih enak adalah cocolan untuk makan gimbap dan banyaknya rumput laut yang ada dalam odeng. Harga satu porsi odeng dan gimbap sama, yaitu 3,000 won.

Di samping kami ada beberapa ahjussi yang juga sedang menikmati makanan. Mereka sibuk ngerasani kami, tepatnya Duo Lynns, dengan bahasa Korea. Akhirnya mereka pun bertanya kami dari mana. Kami pun menjawab Indonesia. Mereka cukup terkejut melihat kami hanya berempat dan jalan-jalan dengan anak-anak. Kebanyakan turis dari Indonesia jarang jalan sendiri (banyak yang ikut tour baik tour lokal maupun tour dari Indonesia) dan membawa anak-anak. Kami memang berbeda, ahjussi. Percakapan kami harus selesai karena kami sudah selesai makan dan banyak orang yang mulai mencari makan.

Proses penggilingan kacang hijau untuk bindatteok.
Tujuan kami berikutnya adalah Cheonggyecheon. Pada kunjungan sebelumnya kami mengunjungi cheonggyecheon saat sore hari. Namun kali ini kami ingin melihat suasana di sana saat malam. Kami kembali ke stasiun Jongno 5-ga untuk menuju stasiun Gwanghwamun. Kalau saat datang kami menggunakan tangga, kali ini kami menggunakan lift untuk turun ke stasiun. Kami bertemu dengan beberapa ahjumma dan ahjussi. Mereka sibuk berbicara dalam bahasa Korea dan menunjuk-nunjuk anak-anak. Mereka sibuk memuji anak-anak cantik dan besar matanya. Saya pun dengan sopan menjawab 감사합니다 .Apalagi saat mereka berkata mamanya cantik makanya anaknya cantik, semakin sering saya menjawab 감사합니다. Mama butuh hiburan juga, ya =D

Gerbang khusus anak-anak. Jika tingginya dibawah batas, berarti tidak usah bayar =D
Cheonggyecheon dimalam hari memang jauh lebih dingin dibanding saat kami mengunjungi di sore hari. Namun kami menikmati suasana dingin ini. Duo Lynns pun sibuk menari tidak jelas untuk mengusir rasa dingin. Selesai puas berfoto, mereka minta untuk datang lagi besok saat siang karena mereka ingin berfoto di batu-batu yang diletakkan di sungai. Biar sama seperti dulu, kata mereka.

Spring di malam hari.
Lampu pelangi dibawah jembatan, pengganti rainbow bridge yang tidak beroperasi di musim dingin:)
UNICEF Token.

Cuaca yg semakin dingin menciptakan kami ingin segera pulang ke penginapan. Di jadwal yang telah kami buat, rencananya kami mau kembali ke stasiun Gwanghwamun, kemudian naik MRT ke stasiun Myeongdong. Tetapi melihat anak-anak yg masih semangat taraf tinggi, kami akhirnya memutuskan berjalan ke kembali ke Myeongdong. Memang jeda antara Cheonggyecheon ke Myeongdong tidaklah jauh. Sesampainya kami di Myeongdong, kami pun eksklusif sibuk mencari cemilan buat mengisi perut kami. Kali ini, potato tornado menjadi pilihan kami.

Lampu dan snowflake yang digantung membuat Duo Lynns minta difoto.
Pose di jalan menuju Myeongdong. Banyak spot yang menarik untuk berfoto.

Lantaran Gwangjang market merupakan galat satu tujuan kuliner saat ke Seoul, maka poly hal yang harus diperhatikan supaya kita tidak 'merasa dikerjai' oleh penjual pada sana. Berikut tips dari kami.

1. Jika ke Gwangjang Market, disarankan mencari restoran yang ada hidangan bahasa Inggris supaya tidak salah paham. Tunjuk dengan jelas sajian yg kita mau, & jumlahnya. Penjual di sana tidak semuanya mengerti bahasa Inggris, tetapi jikalau hanya untuk angka sih aku rasa mereka mengerti. Atau jika bisa bahsa Mandarin, dapat juga memakai bahasa Mandarin. Kami sempat disangka turis dari Singapore ataupun Hong Kong & diajak berbicara dalam bahasa Mandarin.

Dua. Jangan gundah jika ditawari ini itu. Senyumlah menggunakan manis & berjalan mencari kedai makanan yg diinginkan.

3. Banyaknya makanan memang menciptakan kalap, namun akan lebih seru membeli satu hidangan buat dimakan beramai-ramai. Jadi bisa merasakan menu lainnya.

Oya, lantaran jalan-jalan menggunakan anak, buat berhemat ketika agar besok mampu kelayapan menggunakan cepat, saya mempersiapkan baju yang akan digunakan besok. Rencananya besok kami akan ke N Seoul Tower, Teseum, dan pulang mengunjungi Gwanghwamun :)

Potato Tornado yang tinggi sekali :)
Day 2: N Seoul Tower, Teseum, Gwanghwamun dan Myeongdong

Sekilas Informasi

Myeongdong Kyoja:

Website:http://www.mdkj.co.kr/en/

Jam operasi: 10.30 - 21.30

Harga kuliner: seluruh 8.000 won, kecuali dumpling 10.000 won

Cara menuju ke sana:

stasiun Myeongdong exit 8,  belok kanan dan jalan 200m

stasiun Euljiro 1-ga exit 5, jalan mengikuti peta di link berikut.

Gwangjang Market

Website: http://www.kwangjangmarket.co.kr/

Jam operasional: 09.00 - 18.00 (toko biasa), 09.00 - 23.00 (restoran). Tutup hari Minggu.

Cara menuju ke sana: Stasiun Jongno 5-ga exit 8 (food corner) atau stasiun Euljiro 4-ga exit 4

Cheonggye Plaza

Website:http://www.sisul.or.kr/grobal/cheonggye/eng/WebContent/index.html

Jam operasi: 24 jam

HTM: free

Cara menuju ke sana: Stasiun Gwanghwamun exit 5

Cheonggye saat malam dan sore hari
Note: Untuk cerita lebih lengkap mengenai liburan kami di Seoul, beserta tips dan informasi lainnya, silakan kliklink berikutini.

Before: Review Step Inn Myeongdong 1

Next: N Seoul Tower dan Namsan Cable Car

No comments:

Post a Comment

Featured Post

Benteng dan Istana Rajasthan yang Menakjubkan

Rajasthan "Pemandangan Rajasthan dihiasi dengan sejumlah benteng, benteng, benteng, istana dan benteng yang berbicara tentang se...